PHOTO BERSAMA KAPOLSEK KOTABARU, KAPOLSEK JATISARI DAN TEAM UDAG

Anggota Team Udag Photo bersama setelah prosesi ikrarr sahadat salah satu anggota team

TEAM UDAG MAKAN BERSAMA DIREKTUR RS IZZA

Silaturahmi dan makan bersama direrktur Rs Izza

Silaturahmi warga Perum ViP

Silaturahmi Warga Perum Vip bersama Ketua DPC Parai Demokrat Kab Karawang

TAMPILAN MOBILE SILAHKAN SCROLL KEATAS UNTUK MEMBACA ARTIKEL

Saturday, October 8, 2022

Kompor Gas 3 Kg Beralih Ke Kompor Listrik, akankah Menambah Angka Pengangguran?

 

Kompor Gas Ke Kompor Listrik


Dari mulai minyak tanah lalu digantikan dengan Gas 3 Kg dan sekarang dicanangkan akan beralih ke Kompor Listrik.

 Jika dilihat dari sisi ekonomi, mungkin bagi sebagian orang akan terlihat hemat, tetapi untuk kalangan bawah apalagi untuk mereka yang kebutuhan harian saja pas pas cara pemerintah ini tentu akan sangat membebani.

 Kenapa disebut membebani, karena ketika Gas 3 KG di konversi ke Kompor listrik itu seakan menyelesaikan masalah dengan masalah baru, sebab cara tersebut akan menambah beban baru bagi rakyat, karena sudah pasti peralatan memasak pun akan berbeda dari yang biasa mereka pakai, meskipun pemerintah mencanangkan akan memberikan peralatan memasak yang disesuaikan untuk penggunaan kompor listrik secara gratis.

 Meski pemerintah mengatakan tidak akan mengubah listrik kapasitas 450 VA menjadi_900/1300 VA, tetapi dengan mengonversi kan kompor gas ke kompor listrik, itu adalah beban baru bagi pengguna listrik, mau tidak mau akan berpindah dari kapasitas kecil ke yang lebih besar.

 Dengan mengganti kompor gas ke kompor listrik sudah tentu tagihan listrik akan membengkak, belum lagi kalau ada pemadaman listrik tiba tiba, tentu akan kesulitan untuk memasak.

 Dengan dalih Program Subsidi yang tidak tepat sasaran dan beban keuangan negara bertambah, jangan sampai rakyat kecil yang nantinya malah terbebani.

 Seharusnya pemerintah melihat dari banyak aspek sebelum mengonversi kompor gas ke kompor listrik, dengan alasan hemat yang ujung ujungnya tetap menguntungkan bagi orang orang tertentu tetapi secara tak langsung menyakiti rakyat kecil. 

Baca Juga : Kuatkan Persaudaraan Padepokan Sunda Buhun Silaturhmi ke Baraya Kaler

 Lalu bagaimana menyikapi tanggapan masyarakat?

“saya pedagang batagor keliling, yang mengharuskan saya untuk memasak menggunakan kompor, jika di ganti kompor listrik lalu bagaimana saya bisa berjualan?, masa iya saya harus membawa bawa jenset di gerobak saya,” ujarnya sambil tertawa.

 "Jika benar gas diganti lalu kami harus kerja apa, anak anak kami mau makan dari mana, sementara kami kerja di pangkalan dan agen yang menjual LPG 3 Kg", ujar salah satu karyawan di sebuah agen LPG.

 "Bukankah dengan digantinya LPG 3 Kg ke Kompor Listrik, akan menambah angka pengangguran, belum lagi listrik kami sekarang menggunakan sistem token, di mana ketika token habis maka otomatis listrik akan padam dengan sendirinya dan alhasil kami pengguna kompor listrik tidak akan bisa memasak.",lanjutnya.

 

 

.

 

Share:

Friday, October 7, 2022

Bijaklah Dalam Menggunakan Media Sosial




 Pada era Globalisasi ini penggunaan media sosial adalah sesuatu yang lumrah dan biasa terutama di kalangan anak muda, namun terkadang cara penggunaan media sosial yang salah bisa menjadi penyebab pengguna dibawa ke ranah hukum. 


 Tidak bisa dipungkiri bahwa peran media sosial di era ini sangat penting dalam kehidupan untuk bersosialisasi dan berkomunikasi, karena hanya dalam genggaman manusia bisa dengan mudah bertukar informasi, bahkan menggali pengetahuan baru tanpa sekat, dan bisa dilakukan hanya dalam hitungan menit. 


 Namun tak jarang ada sebagian pengguna yang tidak bisa menggunakan media sosial miliknya dengan bijak, hingga harus terjerat hukum, entah itu dalam postingan ataupun cara mereka berkomentar.
 Pada kesempatan kali ini penulis ingin memberikan beberapa tip yang mungkin bisa membantu para pengguna media sosial agar lebih bijak dalam penggunaannya. 


 Jaga Selalu Etika 

baca juga : Manusia Selalu Tidak Pernah Puas

 
 Memang benar media sosial memberikan kita kebebasan untuk berekspresi tetapi itu bukan berarti kita bisa bersikap serampangan dan bebas dalam beretika, kita harus tetap menjaga sopan santun, adab, selalu bersikap ramah, hindari juga pengguna kalimat atau kata kata kasar dan mengandung SARA, belajarlah untuk menghormati orang lain sebagaimana kita ingin dihormati orang lain.
 Jangan Asal dalam mengirim Konten. 


 Harus disadari bahwa media sosial kita bisa dilihat oleh orang banyak (publik), oleh sebab itu kita harus lebih bijak dalam membagikan konten di media sosial kita, jangan sampai apa yang kita bagikan menjadi bumerang untuk kita kedepannya. 


 Jangan membagikan data pribadi secara rinci (Protect your privacy).


 Makin canggihnya era digital saat ini, maka akan semakin canggih pula kejahatan Cyber yang akan terjadi, jadi kami sarankan jangan pernah membagikan data pribadi secara detail, karena kita tidak akan pernah tahu kejahatan atau ancaman apa yang sedang mengintai kita di kemudian hari. 


 Jangan pernah langsung percaya 


 Dalam kata lain ketika kita mendapat informasi jangan pernah kita telan mentah mentah, sebab dalam bermedia sosial akan selalu ada orang orang yang tidak bertanggung jawab dalam memberikan informasi, ada baiknya kita waspada agar tidak menjadi korban penipuan atau hal hal yang tidak kita inginkan. 


 Menyaring setiap akun yang kita ikuti 


 Terkadang kita terbawa emosi ketika melihat kehidupan orang lain di media sosial, dengan segala kelebihan yang mereka tunjukan, sehingga kita membandingkan dengan kehidupan kita, dan tentu saja itu sangat berpengaruh bagi kesehatan mental kita, perlu diingat apa yang kita lihat di media sosial hanyalah kulit luar yang mungkin kita tidak pernah tahu isi di dalam sebenarnya.
 Follow akun yang dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan kita atau  memotivasi kita untuk menjadi lebih baik, jauhi akun  yang  kita anggap toxic atau tidak berguna (berbahaya).




 


Share:

Translate

Subscribe Us