Indonesia memiliki berbagai ragam adat dan kebudayaan, yang tentu saja berbeda antara satu suku daerah dengan yang lainnya.
Begitu pula bagi pedepokan Sunda Buhun yang selalu melestarikan adat dan kebudayaan suku Sunda, karena di suku Sunda kebudayaan merupakan suatu hal kompleks, yang di dalamnya mencakup ilmu pengetahuan,keyakinan,kepercayaan,seni,moral, juga adat istiadat dan kemampuan tersendiri serta kebiasaan manusia sebagai masyarakat pada umumnya.
Begitu pula bagi pedepokan Sunda Buhun yang selalu melestarikan adat dan kebudayaan suku Sunda, karena di suku Sunda kebudayaan merupakan suatu hal kompleks, yang di dalamnya mencakup ilmu pengetahuan,keyakinan,kepercayaan,seni,moral, juga adat istiadat dan kemampuan tersendiri serta kebiasaan manusia sebagai masyarakat pada umumnya.
Baca Juga : Mengenal Seni Tradisional Debus Sunda Buhun
Dan tentu saja seni dan budaya di Indonesia sendiri terdiri dari pola nyata ataupun tersembunyi.
Seiring waktu kebudayaan yang dilakukan manusia secar terusmenerus pada akhirnya akan menjadi sebuah kesatuan yaitu tradisi.
Salah satunya yaitu tradisi yang sering dilakukan pedepokan Sunda Buhun pada setiap bulan Mulud yang biasa di sebut ngabungbang, di mana acara itu di isi dengan rangkain kegiatan adat budaya serta keagamaan, yang bernuansa magis dan meningglkan kesan spiritual yang kental.
seperti apa yang dikatakan H.Tata Sumarna ngabungbang merupakan warisan leluhur yang memang sudah turun temurun dilakukan,
Biasanya ngabungbang di pedepokan diawali dengan prosesi ziarah kubur ke makam Karuhun Sunda Buhun yaitu makam Mbah Dalem Haji Warukut atau Mbah Kaneo.
Namun pada acara ngabungbang kali ini kami melakukan hanya di saung pedepokan Sunda Buhun"' ujar sobrot selaku ketua pedepokan.
"NGABUNGBANG" sendiri mempunyai dua arti kalimat "Nga" yang arti Ngahijikeun dalam bahasa Indonesia yang berarti menyatukan "Bungbang" yang mempunyai arti membuang atau membersihkan.
Jika diartikan secar keseluruhan kata dari "Ngabungbang" membersihkan atau pembersihan diri ( mandi suci) dengan niatan menyatukan cipta, rasa dan karsa membuang perilaku yang tidak dengan munajat kepada Allah SWT.
dengan jalan berdzikir dan memohon ampunan dari segala kesalahan yang pernah di buat, selain itu juga memohon kekuatan untuk hal baik dalam kehidupan" Papar H. Tata yang merupakan sesepuh sekaligus pendiri pedepokan Sunda Buhun Cikampek.
0 Comments:
Post a Comment
Bantu kami untuk berkomentar yang baik, agar kami bisa selalu memberikan berita terbaik untuk anda.terimaksih